Ponpes Ijtihadul Mu'minin Kuripan, Cetak Santri Penghafal Al-Qur'an


Pondok Pesantren (Ponpes) Ijtihadul Mu’minin Kuripan (IMK) Dusun Perengge Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan, salah satu ponpes di Lombok Barat yang konsen pada Tahfiz Al-Qur’an atau menghafal Al-Qur’an. Ditemui di pondoknya, Pimpinan Ponpes Ijtihadul Mu’minin Kuripan, Ustadz Sahibudin S. HI., MH., menuturkan Ponpes itu didirikan sejak tahun 2015 atau hampir 8 tahun silam. Nawaitu (niat) nya mendirikan Ponpes itu, para santri dan santriwati yang menimba ilmu di Ponpes itu menjadi penghafal Al-Qur’an. “Saya bercita-cita, para santri santriwati yang nyantri (sekolah) di pompes ini (IMK), menjadi para hafidz Al-Qur’an,” kata pria jebolan Kediri ini. Yang menjadi unggulan di Ponpes IMK, jelas lulusan S1 Al-Akidah Jakarta ini, pihaknya fokus pada menghafal Al-Qur’an. Di mana setiap hari, hampir 80 persen waktu para santri membaca dan menghafal Al-Qur’an. Itu dilakukan setelah shalat Zuhur, Ashar, lanjut setelah shalat magrib. Kemudian istirahat satu jam, lalu lanjut lagi hingga pukul 11 malam.”80 Persen waktu kita siapkan anak-anak menghafal Al-Qur’an,” jelas Kepala KUA Kecamatan Narmada ini. Dijelaskan,metode menghafal Al-Quran para santri terbilang sederhana. Ayat Al-Quran harus dibaca berulang hingga hafal. Setelah itu, mereka akan menyetor hafalan kepada guru pembimbing untuk dikoreksi kefasihannya. Hasil pembelajaran Tahfiz yang dilaksanakan, banyak di antara santri sudah hampir selesai menghafal Al-Qur’an (30 juz), ada yang 20 juz, 15 juz dan 5 Juz. Banyak diantara mereka yang berhasil juara pada berbagai lomba, seperti STQ, MTQ dan lainnya. Menurutnya, peminat untuk Tahfidz ini sangat tinggi, sebab masyarakat sudah sadar pentingnya fadilah menghafal Al-Qur’an, keluarga mereka bisa mendapatkan safaat, keberkahan. Menurutnya, jamaah yakin suatu saat anak-anak mereka, bisa memberikan semacam mahkota dan jubah hijau untuk orang tua mereka. “Ini harapan orang tua, sehingga tahun demi tahun, para santri terus bertambah. Baik itu anak yatim maupun kalangan umum,”ujarnya. Namun dalam pembelajaran, pihaknya tak mengenyampingkan kitab kuning yang diselipkan setiap hari kepada para santri. Di mana selesai shalat subuh para santri melakukan kajian kitab kuning seperti,Fathul Qarib, Kailani, kitab Syarah Dahlan,Kitab Kifayatul Akhyar, Ushul Fiqih dan kitab-kitab lainnya seperti Kitab Akhlak Lil Banin dan lainnya. “Itu 20 persen kita sisihkan untuk pelajaran kitab, Sehingga santri memiliki gambaran dan pemahaman tentang kitab bahkan kita juga ajarkan tafsir Shofwatut Tafasir,”jelas pria lulusan S2 UIN Mataram tahun 2021 ini. Disebutkan, jumlah santri dan santriwati di Ponpesnya saat ini 300 orang. Sebagian pulang pergi dari rumah, dan diam mondok di tempat yang disiapkan pihak Ponpes. Para santri ini berasal dari berbagai daerah di NTB seperti Lobar, Mataram, Lotim, Loteng. Dan dari luar Lombok, berasal dari Bima, Sumbawa. Bahkan, ada juga santri dari Kalimantan. Yang berbeda dari Ponpes IMK dengan Ponpes lain di Lobar bahkan NTB, setengah atau 50 Persen dari jumlah santrinya berasal dari anak yatim piatu, yatim, dhuafa dan ada yang terlantar. “Mereka kita gratiskan sekolahnya, mondok, dan kebutuhan lain selama mereka nyantri di Ponpes ini,” jelas pria yang sedang melanjutkan pendidikan doktor ini. Dijelaskan para santrinya menempuh pendidikan di tingkat Tsanawiyah dan Aliyah, dengan jumlah ruang kelas tempat kegiatan belajar mengajar (KBM) sebanyak 15 ruang belajar. Diakuinya, jumkah ruang kelas masih kurang dibanding jumlah Santri. Lebih-lebih pada penerimaan santri baru, jumlah santri bertambah banyak. Sehingga kedepannya ruang belajar ini akan dibangunkan lagi, sebanyak 6 lokal yang direncanakan lantai 3. Diharapkan dengan adanya ruang kelas ini, para santrinya bisa belajar dengan nyaman dan tenang. Kedepan Pihaknya juga berupaya memperluas areal ponpes untuk membangun asrama dan ruang belajar.